KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hambanya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan – Nya mungkin kami tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini kami susun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar
pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah kami susun dengan berbagai rintangan. Baik yang datang dari luar maupun
yang datang dari dalam. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah SWT akhirnya makala ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada guru / dosen pembingbing yang banyak membantu, mendukung serta
memotivasi kmi agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Dan kami mohon untuk kritik dan saran dari
pembaca. Terima kasih.
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Unsur-unsur
Intrinsik Cerpen
BAB III PEMBAHASAN
A. Tema Cerita
B. Alur Cerita
C. Penokohan
D. Latar/Setting
E. Sudut pandang
F. Amanat
G. Gaya Bahasa
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerpen adalah
salah satu jenis karya sastra berbentuk prosa dengan kisahan yang pendek dengan
kesan tunggal dan terpusat pada satu tokoh dalam suatu situasi. Cerpen
terbangun dari dua unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik cerpen
meliputi, tema, amanat, latar (setting). Sudut pandang (point of view), tokoh
dan penokohan, diksi / pilihan kata / gaya bahasa, dsb. Sedangkan unsur
ekstrinsik cerpen meliputi nilai sosial, politik, biografi pengarang dsb.
Banyak hal yang
terkandung dalam cerpen, di dalam cerpen terdapat watak tokoh cerpen, amanat,
serta sejumlah permasalahan yang
dihadapi tokoh cerpen merupakan potret kehidupan nyata disajikan oleh pengarang
melalui cerita. Itu berarti, dengan mengapresiasi cerpen, kita akan mendapat
banyak pengalaman hidup, termasuk nilai positif watak di dalamnya.
Mengapresiasikan
cerpern ada banyak sekali macamnya, salah satunya yaitu dengan cara
menganalisis unsur pembangunnya, baik itu unsur intrinsik maupun unsur
ekstrinsik. Berdasarkan uraian diatas, kami akan menyusun makalah yang berjudul
“ Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Peristiwa Pagi Hari “.
B. Identifikasi
Masalah
Unsur intrinsik
cerpen sangat luas ruang lingkupnya, unsru intrinsik cerpen meliputi : tema,
tokoh, dan penokohan, amanat, sudut pandang ( point of view ), latar (setting),
alur (plot), diksi / pilihan kata
(termasuk gaya bahasa).
C. Batasan Masalah
Unsur intrinsik
cerpen begitu ruang lingkupnya. Karena terbatasnya waktu dan biaya, maka kami
membatasi makalah ini. Dalam hal ini kami hanya akan manganalisis lima unrus
intrinsik cerpen yang meliputi tokoh dan penokohan, majas dan amanat.
D. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini dirumuskan dalam rumusn masalah berikut :
1. Bagaimana tokoh dan
penokohan tokoh utama cerpen, “ Peristiwa Pagi Hari “
2. Bagaimana pengunaan
gaya bahasa perbandingan dalam cerpen “ Peristiwa Pagi Hari “.
3. Apa amanat yang
terkandung dalam cerpen “ Peristiwa Pagi Hari “
BAB II
KAJIAN
RUSTAKA
A.
Unsur-unsur
lntrinsik Cerpen
Menurut
Nurgiyantoro dalam bukunya Pengkajian Prosa Fiksi unsur-unsur intrinsik ialah
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara
faktual akan dijumpaijika orang membaca karya sastra. Unsur-unsur intrinsik
tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Tema cerita
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah
karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai stuktur semantis dan
yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.
Tema disaring dari motif- motif yang terdapat dalam
karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik,
dan situasitertentu. Tema dalam banyak hal bersifat "mengikat"
kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu
termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema menjadi dasar pengembangan
seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema
mempunyai generalisasiyang umum, lebih luas dan abstrak.
2. Alur Cerita
Sebuah cerpen menyajikan sebuah cerita kepada
pembacanya. Alur cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas
urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin
berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab'akibat.
Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun
secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat
dalam suatu prosa fiksi.
Lebih lanjut Stanton mengemukakan bahwa plot ialah
cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan
secara sebab-akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peristiwa yang lain. Plot ialah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam
cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun
peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa alur
cerila ialah jalinan peristiwa yang melatari sebuah prosa fiksi yang
dihubungkan secara sebab-akibat.
3. Penokohan
Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering
dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan,
atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian
yang hampir sama.
Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam
suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirlran memilki
kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita.
Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas
pengertiannya daripada tokoh atau penratakan, sebab penokohan sekaligus
mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana
penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan
gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik
perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
4. Latar
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau
kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada
suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Nadjid (2003:25) latar
ialah penempatan wahu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi.
Menurut Nurgiyantoro (2004:227-233) unsur latar dapat
dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.
a. Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan
mungkin berupa tempat- tempat dengan nama tertentu serta inisialtertentu.
b. LatarWaktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan”
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Masalah "kapan" tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu
c. Latar Sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya
fiksi. Tata cara kehidupan sosialmasyarakat mencakup berbagai masalah dalam
lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat,
tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar
sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi,
teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan
gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang
milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun
kesemuanya itu dalam karya fiksidisalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat
kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita
dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk membedakan sudut
pandang. Pertanyaan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang
dalam percona ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan "aku",
atau sepertitak seorang pun)?
2. Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas,
tepi, pusat, depan atau berganti)
3. Saluran informagi apa yang dipergunakan narator
untuk menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikim, atau persepsi
pengarang, kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau persepsi tokoh)?
4. Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari
ceritanya (dekat, jauh, atau berganti-ganti)?
Selain itu pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran
cerita itu kepada pembaca lebih bersifat penceritaan, telling, atau penunjukan,
showing, naratif atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan
berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang yaitu bentuk persona
tokoh cerita persona ketiga dan persona pertama.
a. Sudut pandang persona ketiga : "Dian
Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang
persona ketiga gaya "Dia", narator adalah seorang yang berada di luar
cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata
gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap
atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal
ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau
siapa yang bertindak. Sudut pandang "dia" dapat dibedakan ke dalam
dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap
bahan ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat bebas menceritakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh "dia", jadi bersifat
mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan
"pengertian" terhadap tokoh'dia" yang diceritakan itu, jadi
bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.
1) "Dia" mahatahu
Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut
"diao, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang
menyangkut tokoh "dia" tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia
bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh,
peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. la bebas
bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita,
berpindah-pindah dari tokoh "dia" yang satu ke "dia' yang lain,
menceritakan atau sebaliknya "menyembunyikan" ucapan dan tindakan
tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi
tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
2) "Dia" terbatas, “Dia" sebagai
pengamat
Dalam sudut pandang "dia" terbatas, seperti
halnya dalam “dia" mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat,
didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas
hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas.
Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh “dia",
namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti
halnya tokoh pertama.
b. Sudut Pandang Persona Pertama : "Aku"
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut
pandang persona pertama (first person point of view), 'aku". Jadi: gaya
"aku", narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. la
adalah si "aku'tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri,
mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar, dialami
dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi,
pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat
dan dirasakan tokoh si "aku" tersebut.
1) "Aku" tokoh utama
Dalam sudut pandang teknik ini, si "aku" mengisahkan
berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat
batiniah, dalam dirisendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di
luar dirinya. Si "aku"menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita.
Segala sesuatu yang di luar diri si “aku”, peristiwa, tindakan, dan orang,
diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki
kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita
yang demikian,si 'aku" mqnjqditokqh utama (first person central).
2) "Aku" tokoh tambahan
Dalam sudut pandang ini, tokoh "aku"
munculbukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagaitokoh tambahan (first pesonal
peripheral). Tokoh "aku" hadir untuk membawakan cerita kepada
pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian'dibiarkan"
untuk rnengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan
berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang
lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan
dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si
“aku"tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan
demikian si "aku" hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap
berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si "aku” pada umumnya
tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
6. Gaya Bahaqa dan Nada
Bahasa dalam cerpen memilki peran ganda, bahasa tidak
hanya berfungsi sebagai penyampai gagasan pengarang. Namun juga sebagai
penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang dalam
memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan perbandingan, menghidupkan
benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak sewajarnya, dan sebagainya. ltulah
sebabnya, terkadang dalam karya sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas.
Nada pada karya sastra merupakan ekspresi jiwa.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Tema Cerita
Tema merupakan
gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung
didalam teks sebagai struktur sistematis dan yang menyangkut persamaan-
persamaan atau perbedaan – perbedaan.
Tema disaring dari
motif-motif yang terdapt dalam karya
bersangkutan yang menetukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik dan situasi
tertentu.
Cerpen ini
menceritakan tentang percakapan atau persenggamaan antara tuan rumah dan
tamunya yang terkandung dalam paragraf ke – 1 dan 2.
“ Sepuluh tahun
lalu, disebuah ruang tamu, mereka bercakap dalam nada rendah. Tak ada yang lain
di rumah itu kecuali mereka berdua. Tak ada orang tua sehingga sesungguhya tak
perlu mereka merendahkan nada bicara, namun malam itu mereka tetap bicara dalam
nada rendah, sebab memang ada tema-tema percakapan tertentu yang selalu harus
disampaikan dengan nada rendah kendaki tidak ada orang lain.”
“ Mereka sedang
bercakap tentang persenggamaan ketika hujan tiba-tiba deras malam itu dan angin
yang bertiup kencang mencampakkan ke atap rumah beberapa butir mangga yang
tangkainya membusuk. Si tuan rumah memaki ketika didengarnya suara hemparan
keras di genteng. “
B. Alur Cerita
Alur cerita ialah peristiwa
yang jalin-menjain berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Ebuah rangkaian
peristiwa dapata terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau
hubungan sebab-akibat.
Alur dalam cerpen
ini menggunakan alur maju, karena cerpen ini menceritakan suatu gambaran masa
yang akan datang. Arah alur cerpen dibuktikan pada penggalan sinopsis berikut.
“ Alit membayangka
suatu yang lain ketika bersenggama dengan tangannya, ia melihat seorang
menggerang, menjerit dan merengek di hadapanmalaikat : makhluk putih bersayap,
seperti hasl persilangan antara sosok lelaki tua dan seekor unggas. Orang yang
di datangi malaika itu terus mengiba-iba dengan paras muka yang sudah biru:
namun makhluk bersayap tak bisa di bengkokkan oleh rengek dan warna biru di paras
muka orang itu. Pelan sekali makhluk serupa unggas itu beringsut, membuat
kehadirannya semakin meringis, makin dekat, makin dekat dan muka orang itu
makin biru.
Mungkin dengan
gambaran seperti itu di tempurung kepalanya, onani yang ia lakukan bisa tahan
lebih lama. Tiga kali ia membanyangkan kejadian yang sama, dan pada onani
selanjutnya ia membuat sedikit revisi pada tampilan makhluk bersayap yang
mendatangi si muka biru. Makhluk seperti unggas itu kini ia banyangkan berjubah
loreng dan mukanya berlumur warna peparengan. Atlit berhadap dengan gambaran
itu, si unggas akan tampak lebih menyeramkan. Ia tidak lagi beringsut
pelan-pelan, namun langkahnya menghentak-hentakkan larsa pada lantai.
Orang yang ia
banyangkan merengek-rengek di depan makhluk bersayap itu tidak lain adalah
ayahnya. Jadi ketika tangnnya bekerja, otaknyapun berkerja membanyangkan
menyongsong kematian ayahnya. Sebab ia berfikir bahwa ayahnya memang pantas di
datangi makhluk seperti itu. Dalam tujuh onani ia membanyangkan ayahnya mengerang
menghadapi malaikat warna loreng. Dan onani pada selanjutnya ia sampat
ragu-ragu apakah ayahnya pantas di gambarkan seperti itu atau tidak.
Mungkin tidak pantas.
Mungkin lebih
pantas jika orang itu ia bayangkan mati sendiri, seperti daun-daun yang rontok,
setelah di rambati warna kuning, lalu disapu oleh pemilik pekarangan, di buang
ke tempat sampah, dan oleh tukang sampah diangkut dan dibuang lagi entah
kemana. Atau kalau tukang sampah tidak datang beberapa hari, daun itu akan
tercampak diantara sampah-sampah lain yang membusuk. Mungkin lebih pantas ia
bayangkan ayahnya mati sendiri tanpa ada yang menjemput sehingga nyawanya
tersesat jauh sekali dan tidak pernah sampai ke tempat yang seharusnya di tuju
oleh orang-orang mati.
C. Tokoh/ penokohan
v Alit berwatak
Ø Sellau ingin tahu “
bisa dua kali empat puluh lima menit ?” alit mengulang lagi pertanyaannya.
Ø Tangkas, “jadi ketika
tangannya bekerja, otakpun bekerja membanyangkan kematian menyongsong kematian
ayahnya.”
Ø Paling hebat, “konon
alit pernah mengatakan bahwa orang tua memang sering tidak berguna.”
Ø Pembohong, “ia malu
karena apa yang ingin disembunyikannya ternyata bisa dilihat oleh ayahnya.”
v Ayahnya alit berwatak
Ø Tak peduli, “ia tidak
pernah setuju kata-kata siapapun, termasuk kata-kata ibu ku.”
Ø Lemah, “ia mengerang,
menjerit dan merengek di hadapan malaikat.”
Ø Selalu tahu, “namun
toh ayahnya tau hal-hal yang tertutup dan ingin ia sembunyikan.”
Ø Perhatian, “baiklah
aku akan berangkat kerja, ku harap kau baik-baik saja hari ini.”
Ø Lembut, “ayahnya
datangkepadanya seperti pagi-pagi sebelumnya, mengusap kepalanya.”
D. Latar / setting
v Tempat
Ø Ruang tamu
“disebuah ruang tamu mereka bercakap dengan nada rendah.”
Ø Rumah
“tak ada orang lain di rumah itu kecuali mereka berdua.”
Ø Di genteng
“si tuan rumah memaki ketika didengarnya suara hempasan keras di gentengnya.”
Ø Dapur
“si tuan rumah segera melesat ke dapur.”
Ø Semarang
“tapi ia adalah kawan sekelas alit disebuah SMA di Semarang.”
Ø Depan Rumah
“ketika seorang perempuan melintas di depan rumah.”
Ø Tembok-tembok jalanan
“dan di luar ia menggambar perangkat itu di tembok-tembok jalanan.”
Ø Kelas
“lalu guru mengeluarkannya dari kelas.”
Ø Luar Kota
“ayah perempuan itu, ia tahu, beberapa hari lalu berangkat ke luar kota dan
baru akan pulang beberapa hari lagi.”
Ø Di depan pagar rumah
“lalu bercakap-cakap dengan seseorang di depan pagar rumahku.”
v Waktu
Ø Sepuluh tahun lalu
“sepuluh tahun lalu, disebuah ruang tamu.”
Ø ketika hujan
“mereka sednag bercakap tentang persenggaman ketika hujan tiba-tiba deras
malam itu.”
Ø 3 tahun
“tiga tahun lebih lama dari anak-anak lain yang tidak pernah tinggal
kelas.”
Ø 4 tahun
“empat tahun untuk menyelesaikan SMP yang seharusnya bisa di tempuh tiga
tahun.”
Ø Malam itu
“dan ibunya, ia tak tahu, pergi kemana, juga tak ada di rumah malam itu.”
Ø 9 tahun
“ia memerlukan waktu sembilan tahun untuk menyelesaikan sekolah dasar.”
Ø Beberapa hari
“atau kalau tukang sampah tidak datang beberapa hari.”
Ø Setiap pagi
“terutama ayahnya sebagai sesama lelaki, datang kepadanya setiap pagi.”
Ø Siang nanti dan jam
pertama
“ia tidak menipu ayahnya bahwa siang nanti, begitu kelas dimulai guru
agama, dan masuk pada jam pertama, akan memberikan ulangan.”
Ø Esok pagi
“esok paginya, sebelum berangkat kerja, ayahnya datang kepadanya seperti
pagi-pagi sebelumnya.”
E. Sudut Pandang
Cerpen ini mempunyai sudut pandang bahwa
“orang pertama pelaku utama.”
F. Amanat
v Agar selalu terbuka
“Ia malu karena apa yang ingin disembunyikannya ternyata bisa dilihat oleh
ayahnya.”
v Jangan pernah
menganggap remeh seseorang
“alit pernah mengatakan bahwa orang tua memang sering tidak berguna.”
v Selalu memperhatikan
“baiklah, aku akan berangkat kerja, ku harap baik-baik saja hahri ini.”
-->
A. Gaya Bahasa
Saya bahasa pada cerpen inimenggunakan
majas, majas yang digunakan dalam cerpen ini :
v Majas HIPERBOLA
terdapat pada kalimat :
Ø “orang yang didatangi
malaikat itu terus mengiba-iba dengan paras muka yang sudaj biru.”
Ø “dalam tujuh onani ia
membayangkan ayahnya mengerang menghadapi malaikat warna LORENG.”
Ø “ia melihat perempuan
itu tiba-tiba meliuk-liukkan tubuhnya seperti lidah api.”
v Majas PERSONIFIKASI
terdapat pada kalimat :
Ø “ia bisa mendengar
suara tertawa kecil yang MEMBELAI DAUN dan membuat jantunya tiba-tiba MELIAR.”
Ø “ia tidak lagi
beringsut pelan-pelan, namun melangkah menghentak-hentakkan LARSA pada lantai.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tokoh Utama adalah
Alit yang mempunyai penokohan selalu ingin tahu, tangkas, paling hebat dan
pembohong.
2. Majas Yang digunakan
adalah majas hiperbola dan majas personifikasi.
3. Amanat yang
terkandung dalam cerpen adalah kita harus lebih terbuka kepada orang-orang
terdekat terutama terhadap orang tua tentang masalah-masalah yang kita hadapi
dan jangan pernah kita menganggap remeh orang lain karena kita hidup
membutuhkan orang lain, kita tidak bisa hidup sendiri tenpa orang lain.
B. Saran-saran
Kami sarankan kepada pambaca agar :
1. Meningkatkan budaya
membaca, mengoperasikan cerpen, maupun novel yang mengandung hiburan dan sosial
tinggi.
2. Pustakawan SMK Negeri
1 Baureno untuk lebih melengkapi buku-buku sastra, sehingga di harapkan dapat
kreatifitas siswa dalam membaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://fix-net-medalem.blogspot.com/2013/05/unsur-intrinsik-cerpen.html
0 Komentar untuk "MAKALAH ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN “PERISTIWA PAGI HARI” KARYA “A.S LAKSANA” "