Ryeza Grafika

RYEZA GRAFIKA Tempat Yang Asyik Untuk Memperbaharui Informasi Anda! Lets go......

CONTOH PARAGRAF NARASI


Waktu menunjukkan jam 05.00 WIB. Ayam berkokok dari kejauhan dan suara-suara dari masjid memanggil umatnya. Kupaksakan membuka mata. Kubuka jendela rumah yang menghadap ke jalan. Satu dua motor melintas. Embun pagi masih menampakkan dirinya di lembaran dedaunan. Langit masih cukup gelap dengan awannya yang berwarna biru gelap dan oranye. Udara dingin menusuk. Pasti tadi malam hujan. Batinku berucap. Suasana ini cuma kutemui di Indonesia.
Ayah dan Ibu masih terlelap dalam tidurnya. Pasti kecapekan untuk mengumpulkan pundi-pundi uang. Dua kakakku masih dalam mimpinya. Kakak lelaki bercita-cita merantau ke seberang. Berusaha berjuang dengan usahanya sendiri dan pulang untuk dapat membanggakan orangtua.
Kakak perempuanku, dalam tidur heningnya hanya berharap dirinya yang pemalu dapat diterima oleh teman teman sekolahnya. Mimpi yang mungkin sepele tetapi sulit halnya pada masa ketika kesenjangan sosial sangat terasa. Mungkin itu juga yang menjadi mimpi banyak orang Indonesia. Ah, biarlah mereka beristirahat lebih lama.
Kunyalakan lampu dan melihat ke gubuk kecil tempat kami berlindung dari panas dan hujan. Rumah ini sekaligus menjadi tempat kami mencari nafkah lewat barang kelontongan. Sungguh ciri khas rumah di Indonesia. Aku bergegas memakai seragam putih merah yang sudah kucel. Aku cuma punya satu sehingga bau keringat berhari-hari menempel sehingga berubah menjadi warna kuning. Karena dingin, saya tidak mau mandi. Rambut dengan model bob cukup kusisir dengan tangan. Ibu guru selalu mengingatkan kami untuk mandi tiap harinya. Dia bilang kalau tidak mandi maka kami akan mengantuk dan pelajaran tidak dapat sampai ke otak. Sampai sekarang saya tidak tahu kebenarannya. Tetapi saya rindu akan nasehat pahlawan tanpa jasa tersebut.
Ibu terbangun. Dengan mata yang masih belum sadar sepenuhnya, dia menyalakan kompor, memasak air, dan menanak nasi. Seperti ibu Indonesia pada umumnya. Tidak lupa dia memasakkan masakan kesukaan dan favorit orang Indonesia. Kuhabiskan mie instan itu dalam hitungan menit. Setelah gosok gigi, memakai sepatu hitam, dan kaus kaki yang karetnya sudah longgar, aku pun pamit. Aku berlari ke luar rumah dan siap menunggu angkot. Dimana lagi akan kau temui angkutan umum yang hanya ada di Indonesia ini? Sepintas lalu terlihat ibu-ibu baru saja pulang dari pasar subuh. Mereka menaiki angkot atau mobil pick-up beramai-ramai. Bermacam-macam sayuran dan buah berdesakan di dalam mobil. Perjuangan mereka untuk menghidupi keluarga dimulai bahkan ketika orang masih terlelap.
Angkot pun menghampiri. Yang kunaiki adalah angkot odong-odong yang berarti angkot dengan mobil kusam dan supirnya bukanlah anak gaul melainkan hanya bapak tua yang merangkap sebagai kernet. Di dalam angkot tidak ada speaker raksasa dengan suara musik hingar-bingar. Kursinya pun bolong termakan usia. Aku duduk dan membuka jendela. Ah, segarnya udara pagi ketika polusi belum menghampiri.
Jalanan yang berlubang, polisi tidur serta tikungan dan tanjakan menjadi warna sendiri. Kuamati apapun yang bisa kulihat. Tidak pernah bosan rasanya menatap keindahan alam Indonesia. Kupandangi juga poster dan baliho calon anggota DPR yang menuliskan janji-janjinya. Tidak tahu apakah itu hanya sebatas ucapan atau amanat. Ada juga di setiap tiang listrik atau lampu merah, berbagai iklan, dan jasa ditawarkan. Mulai dari les privat, sewa badut, sedot wc, dan obat penguat.
Tiba di depan sekolah, sudah kuduga aku orang pertama. Hari ini jatahku kebagian piket. Dengan semangat 45 kubersihkan lantai semen, menganti air cuci tangan ibu guru, membuang sampah, dan mengambil kapur putih dan merah di ruang kepala sekolah. Aku suka sekolah di Indonesia. Mengajarkan aku menjadi mandiri dan bertanggung jawab. Teman sekelasku datang. Kami cuma berlima, tiga cowok dan dua cewek. Mungkin Anda tidak percaya tapi memang begitu kenyataannya. Seringkali dalam satu kelas itu kami digabung dengan kakak kelas. Yah, begitulah nasib sekolah dengan peringkat yang cukup menyedihkan di kotaku.
Ibu guru kami sangat galak. Ia membawa kayu kecil yang siap menghantam telapak tangan jika kami bandel. Cubitannya juga sesuatu yang selalu kami hindari. Kami dilarang menyontek. Jumlah kami yang sedikit tidak memungkinkan kami menyontek. Lonceng berbunyi dan kami berhamburan keluar. Aku menuju ruang administrasi dan membayar SPP-ku bulan ini. Hanya Rp.7.000,00.
Aku mengajak teman wanita untuk menemaniku ke WC. Aku selalu mendengar cerita cerita misteri khas Indonesia dan, oleh sebab itu, selalu merinding jika harus ke toilet sendiri. Lalu kami pergi jajan di kantin sekolah. Aku paling suka bakso tusuk. Ada juga pempek dan es lilin. Bagiku jaja Bagiku jajanan Indonesia ad alah yang terenak..


Jika tidak menemukan aku sedang jajan, pastilah aku sedang bermain petak umpet dan kejar-kejaran. Terkadang kami menerobos pagar pembatas TK dan bermain ayunan serta perosotan. Jika sedang nakal-nakalnya, maka teman pria akan mengerjai kami yang perempuan dengan mengangkat rok merah kami. Konyol sekali tetapi berhasil membuat saya menanggis tersedu-sedu. Teringat pesan mama untuk selalu memakai celana hitam pendek jika memakai rok. Sampai sekarang aku tidak tahu apakah itu termasuk pelecehan seksual?
Selesai sekolah, aku harus bergegas pulang untuk membantu orangtua di toko. Ketika sore tiba maka aku akan bermain kelereng dengan anak tetangga di sebelah rumah. Kami juga suka bermain masak-masakan dengan memetik bunga atau daun di belakang rumah. Jika tidak, pastilah aku sedang naik sepeda mengelilingi daerah sekelilingku. Pernah aku jatuh dari sepeda yang lokasinya jauh dari rumah. Aku tidak dapat berjalan dan harus dipapah. Di zaman belum ada handphone itu, mereka memanggil ayahku ke rumah. Oh, sungguh mulia dan terpujilah sikap saling tolong-menolong di Indonesia ini.
Ketika maghrib datang, kami harus pulang. “Ga boleh keluar rumah awas diculik makhluk halus loh ntar”. Begitu ucap temannya ibuku yang datang menjemput temanku sambil menjewer telinganya. Makan malam hari itu adalah sayur kangkung polos dan petai tumis dengan udang, tahu, tempe, dan telur puyuh. Entah kenapa rasanya lezat sekali apalagi jika dimakan dengan keluarga. Tiba-tiba lampu padam. Rupanya pemadaman bergilir melanda rumah kami. Kami semua berkumpul di ruang tengah mengelilingi ayah. Dia mulai menceritakan cerita rakyat. Favoritku adalah mengenai asal-usul bunga putri malu. Cerita ayah membawaku masuk ke dunia fantasiku.
Tidak terasa sudah jam delapan malam. Kami harus segera tidur karena besok sekolah. Kakak lelaki masih sibuk mengerjakan PR-nya yaitu membuat kliping tentang pahlawan nasional. Dia seharian mencari gambar atau poto pahlawan di toko buku bekas. Lampu belum menyala dan kami hanya ditemani dengan lampu teplok dan lilin. Sengatan nyamuk di mana-mana sungguh menyebalkan. Padahal kami sudah menghidupkan obat nyamuk bakar.




Aku dapat mendengar suara ngorok dari kakak perempuanku. Di telinganya terpasang handsfree dari walkmannya. Kucoba menutup mata dan mulai tidur. Dalam mimpiku, aku melihat kami sekeluarga hidup di negara yang berkembang dengan kemajuan teknologi yang pesat. Negara kami telah bangkit dari keterpurukan dan mulai mengukir prestasi di sana-sini. Tetapi negara itu tidak menjadi angkuh, sikap ramah tamah dan gotong royongnya tetap menjadi ciri khasnya. Negara itu adalah tanah airku INDONESIA.

THE END

Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "CONTOH PARAGRAF NARASI"

Terima Kasih Sudah Berkomentar
 
Copyright © 2014 Ryeza Grafika - All Rights Reserved
Template By Kuncidunia